Mungkin kita sering mendengar tentang fenomena hujan darah di Indiaselatan yang terjadi di Kerala pada tanggal 25 Juli hingga 23 september 2001. Fenomena hujan aneh ini sebenarnya sudah sering terjadi, yaitu dimulai sekitar tahun 1896. Selama terjadi, India hujan darah ini tidak selamanya berwarna merah layaknya hujan darah, tetapi kadang juga berwarna kuning, hijau, bahkan hitam.
Menurut penuturan penduduk lokal, hujan darah tersebut biasanya juga disertai dengan petir yang sangat keras disertai kilatan cahaya yang sangat terang. Hujan darah ini hanya terjadi dalam radius beberapa kilometer persegi diantara hujan biasa yang seluas ratusan kilometer persegi.
Banyaknya berita simpang siur mengenai fenomena hujan darah India terutama di Indonesia yang dikenal sangat menyukai takhyul, mendorong Blog Teknologi untuk mengumpulkan data hasil analisa dan penelitian ilmiah valid yang sekiranya cukup objektif untuk disajikan. Seperti yang kita ketahui, beberapa waktu lalu peristiwa ini sangat gencar diberitakan. Banyak pihak yang menyatakan bahwa fenomena alam ini disebabkan oleh alien, kutukan, dan segudang pendapat keliru lainnya.
Dari berbagai perkembangan berita dan penelitian terbaru, Blog Teknologi menemukan bahwa fenomena hujan darah India DISEBABKAN KARENA SPORA ALGA BERGENUS TRENTEPOHLIA yang terkandung di dalamnya.Bukan karena aktivitas UFO, meteor, mistis, dan hipotesa-hipotesa ngawur lainnya. Bagaimana ceritanya? simak penelusurannya berikut ini:
Sample hujan darah yang dijadikan bahan penelitian
Hasil foto mikro dari partikel-partikel hujan darah
KOMPOSISI KIMIA
Warna merah pada hujan darah ini berasal dari partikel-partikel yang menyertainya. pH hujan darah ini normal – yaitu 7, setara dengan pH air biasa. Setiap liter air hujan aneh ini mengandung sekitar 100 miligram partikel. Semakin kental partikel ini, maka airnya akan makin gelap, dan makin kecil presentase partikel ini, maka warnanya akan makin terang (kuning atau hijau). Partikel-partikel ini berukuran antara 4 hingga 10 µm (mikrometer; 1 meter = 1.000.000 µm). Jika dilihat dengan mikroskop elektron, partikel-partikel ini berbentuk bundar mirip dengan sel biologis.
Partikel-partikel hujan darah jika dilihat dengan mikroskop elektron
Foto irisan partikel hujan darah yang ternyata sama dengan irisan spora alga Trentehpolia
Komposisi Partikel-partikel ini lalu dianalisa oleh Centre for Earth Science Studies (CESS) di India dengan beberapa metode yang berbeda tetapi selalu menunjukkan hasil yang signifikan. Salah satu metode yang mereka gunakan ialah energy dispersive X-ray spectroscopy (EDXRF). Dari Metode ini, didapati bahwa partikel-partikel tersebut sebagian besar mengandung elemen Karbon (C) dan Oksigen (O). Beberapa elemen logam berat juga ditemukan di partikel ini, yaitu nikel (43 ppm), mangan (59 ppm), titanium (321 ppm), krom (67 ppm) dan tembaga (55 ppm). Lebih lengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Elemen | Berat % | Atomik % | Standard |
C | 49.53 | 57.83 | CaCO3 |
O | 45.42 | 39.82 | Quartz |
Na | 0.69 | 0.42 | Albite |
Al | 0.41 | 0.21 | Al2O3 |
Si | 2.85 | 1.42 | Quartz |
Cl | 0.12 | 0.05 | KCl |
Fe | 0.97 | 0.24 | Fe |
Komposisi Utama Partikel Hujan Darah |
Penelitian ini dilanjutkan oleh J. Thomas Brenna di Divisi Ilmu Nutrisi, Cornell University, New York. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan, elemen-elemen di partikel hujan darah tersebut ternyata berbentuk asam amino, yaitu phenylalanine, glutamine, serine, aspartic acid, threonine, dan arginine. Asam amino adalah salah satu zat penyusun DNA pada organisme hidup.
HIPOTESA RESMI
Penelitian lalu dilanjutkan dengan melibatkan banyak organisasi peneliti, diantaranya ialah Departemen Ilmu dan Teknologi India, Tropical Botanical Garden and Research Institute (TBGRI), serta Earth Science Studies (CESS) itu sendiri.
Setelah sekian lama meneliti sampel air hujan darah, survey lokasi, dan sebagainya, mereka menarik kesimpulan bahwa HUJAN DARAH TERSEBUT DISEBABKAN KARENA SPORA ALGA BERGENUS TRENTEPOHLIA yang terkandung di dalamnya. Bukan karena aktivitas UFO, meteor, mistis, dan hipotesa-hipotesa palsu lainnya. Verifikasi lapangan menunjukkan bahwa di wilayah tersebut banyak terdapat lumut dari alga Trentepohlia(Lumut sebenarnya bukan organisme tunggal, tetapi hasil simbiosis antara jamur dan alga ataucyanobacterium).
Lumut dari alga Trentepohlia yang menutupi pohon-pohon sesudah fenomena hujan darah
Struktur kimia dan genetika spora alga Trentepohlia sangat identik dengan partikel-partikel yang terdapat di air hujan darah. Warna hujan yang kadang kuning atau hijau adalah pengaruh dari kadar klorofil yang dikandung spora tersebut.
Fakta juga menunjukkan bahwa sesudah hujan darah, pohon-pohon, batu, bahkan lampu menjadi tertutupi dengan lumut dari algaTrentepohlia. Seperti halnya spora dari alga berfamili Trentehppliaceae, Spora Trentepohlia juga mampu membelah diri di air. Meskipun berwarna merah atau oranye, Trentepohlia sebenarnya adalah alga hijau berklorofil yang dapat tumbuh subur pada tanah, kulit pohon, atau batu. Warna oranye atau merah pada Trentepohlia berasal dari pigmenkarotenoid yang membungkus spora dan tubuhnya.
Pada musim hujan, alga Trentepohlia melepaskan sporanya lewat udara yang lalu tertiup angin. Karakteristik tanah di Kerala, India – yang terdiri dari banyak lembah dan bukit membawa spora-spora ini naik ke tempat yang sangat tinggi mengikuti arah angin lembah yang memang selalu bergerak ke atas. Saat berada di udara, spora-spora ini lalu tersapu dan bercampur dengan air hujan, sehingga air tersebut berwarna merah seperti hujan darah.
Peristiwa ini memang sering terjadi saat musim hujan hingga saat ini. Fenomena alam biologis ini juga dilaporkan pernah terjadi di beberapa tempat, seperti di daerah Pangalengan dan beberapa tempat di Eropa. Sedangkan pemerintah India masih memikirkan bagaimana cara agar hujan darah ini dapat diramalkan, sehingga bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri untuk daerah Kerala yang dikenal miskin.
Sumber:
(029)
1 komentar:
Terima kasih banyak akan informasi yang anda bagi di blog ini :D
13 September 2014 pukul 09.32Posting Komentar