Tekanan magma dari perut Gunung Merapi, membuat asap solfatara dari puncak gunung di perbatasan Jateng/DIY mengalami peningkatan. Turunnya asap tebal warna putih di pagi hari, membuat suhu udara di sekitar gurung yang kini berstatus aktif normal, terasa panas. “Pagi hari, asap solfatara yang keluar merambat turun menelusuri lereng gunung, merupakan pemandangan menarik. Apalagi sejak dua hari ini cuaca cerah, membuat asap yang keluar karena tekanan angin,” kata Pengamat Gunung Merapi di Pos Ngepos, Srumbung, Magelang, Repiyo, kemarin.
Menurutnya, turunnya asap solfatara yang keluar dari puncak Merapi, menyebabkan suhu udara terasa panas dan kering, terutama udara di wilayah Kabupaten Magelang. Ini disebabkan karena angin di atas puncak Merapi sangat kencang, dan membuat asap yang disertai awan turun mengikuti arah angin.
Seperti apakah asap solfatara itu???
Solfatara adalah fumarol yang mengeluarkan gas-gas oksida belerang (seperti SO2 dan SO3), selain karbon dioksida (CO2)dan uap air (H2O). Solfatara mudah dikenali karena udara sekitarnya berbau busuk seperti kentut, sebagai bau khas gas-gas oksida belerang. Dalam konsentrasi tinggi, gas emisi ini juga berbahaya bagi hewan dan manusia.
Sedangkan, Fumarol (Latin fumus, asap) adalah lubang di dalam kerak bumi (maupun objek astronomi yang lain), yang sering terdapat di sekitar gunung berapi, yang mengeluarkan uap dan gas seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, asam hidroklorik, dan hidrogen sulfida. Nama solfatara, yang berasal dari kata solfo dari bahasa Italia, sulfur (melalui dialek Sisilia) diberikan pada fumarol yang mengeluarkan gas sulfur. Fumarol bisa terdapat di sepanjang retakan kecil maupun rekahan yang panjang, dalam medan atau klaster yang kacau balau, dan di permukaan aliran lava serta endapan aliran piroklastik yang tebal. Lapangan fumarol merupakan suatu wilayah mata air panas dan semburan gas dimana magma atau batuan beku yang panas di kedalaman yang dangkal atau air tanah. Dari perspektifnya air tanah, fumarol bisa dideskripsikan sebagai mata air panas yang membuat air mendidih sebelum air mencapai permukaan tanah.
Aliran piroklastik ini merupakan campuran dari fragmen solid hingga semisolid yang panas. Gas tersebut akan menuruni lereng bangunan vulkanik. Piroklastik merupakan emulsi yang lebih berat dari udara dan bergerak seperti salju. Bedanya, fenomena vulkanik ini mengandung materi panas, gas beracun dengan kecepatan badai sekitar 100 kilometer per jam. Piroklastik juga fenomena paling mematikan dari semua unsur vulkanik lainnya.
Kebanyakan, aliran piroklastik atau wedhus gembel ini terdiri dari dua bagian yaitu aliran basal yang merupakan fragmen kasar dan bergerak di stagnan serta awan abu turbulen yang muncul di aliran basal tersebut. Abu mungkin jatuh dari awan ini di arah angin ke wilayah aliran piroklastik.
Suhu ekstrim batu dan gas di dalam aliran piroklastik umumnya antara 200 derajat Celcius hingga 700 derajat Celcius.Ini dapat menyebabkan terbakarnya beberapa materi terutama produk minyak bumi, kayu, vegetasi, hingga rumah.
Arus piroklastik bervariasi dalam ukuran dan kecepatan. Tapi, arus yang bergerak kurang dari 5 km dari gunung berapi dapat menghancurkan bangunan, hutan, dan lahan pertanian. Dan di pinggir aliran piroklastik, bisa menyebabkan kematian dan cedera serius pada masyarakat dan hewan. Selain itu juga dapat mengakibatkan luka bakar serta keracunan saat menghirup abu panas dan gas.
Aliran piroklastik umumnya mengikuti lembah-lembah atau daerah dataran rendah lain. Ini tergantung pada volume puing batu yang dibawa oleh arus.Dampak piroklastik atau wedhus gembel di antaranya dapat membendung atau menghalangi aliran sungai.
Ini dapat menyebabkan penyumbatan dan campuran fragmen batu yang muncul di hilir. Selain itu, meningkatkan kikisan aliran dan erosi selama badai hujan di masa depan.Aliran piroklastik sempat muncul di Gunung Mayon, Filipina pada 1968, Gunung Kelut di Jawa tahun 1983, Gunung Pinatubo, Filipina pada 1993 dan Gunung Unzen di Jepang. Di abad ini, sekitar 30 ribu orang telah meninggal akibat aliran piroklastik.
Salah satu aktivitas fumarol yang terkenal adalah Lembah Ten Thousan Smokes, yang terbentuk selama meletusnya gunung Novarupta di Alaska pada 1912. Fumarol bisa bertahan selama beberapa dekade atau abad jika berada di atas sebuah sumber panas yang persisten, atau hilang dalam berminggu-minggu atau berbulan-bulan jika berada di puncak sebuah endapan volkanik yang masih baru dan cepat dingin.
Nama Solfatara berasal dari bahasa Latin "Sulpha terra", yang artinya "daratan belerang", atau "bumi belerang". Nama "Solfatara" diambil dari nama tempat bernama sama di Gunung Pozzoli, Italia. Keberadaan aktivitas gunung berapi telah memungkinkan Pozzuoli menjadi daerah termal penting sejak zaman kuno. Di sana pengunjung masih bisa melihat asap mengepul dari tanah dan hidrogen sulfida bau.
(029)
0 komentar:
Posting Komentar